Kamis, 25 Juli 2013

Cerpen_Merajut kepingan hati


Sudah tiga jam lebih Fani menunggu kedatangan fina di serambi samping rumahnya sambil mendengarkan musik dari ipad nano yang baru ia beli satu minggu yang lalu. Fani sangat cemas dengan keadaan fina yang merupakan saudara kembarnya sekaligus adik kesayangannya. Fani dan fina merupakan saudara kembar yang sangat sulit untuk dibedakan karena 99 % sama persis bahkan orang tuanya sendiri sulit untuk membedakan kedua anaknya itu. Tak jarang orang tuanya salah memanggil nama pada anak kembarnya itu, cuma satu yang membedakan antara keduanya yaitu fani mempunyai tanda lahir di bahu kanan sedangkan fina tidak. Fani sebagai kakak sering mengalah pada fina, karena fani sangat sayang pada adik satu-satunya itu. Sempat waktu mereka duduk di bangku SMA, Fani yang begitu sayang pada adiknya harus merelakan pacarnya itu untuk fina karena fani tahu kalau ternyata fina juga suka sama cowok itu.
“Akhirnya.....datang juga ni anak, dek kamu kemana saja ?”. Tadi kakak berulang kali telpon kamu tapi handphone kamu tidak pernah aktif. Kakak khawatir dan cemas, takut nantinya terjadi hal buruk padamu. “ucap fani dengan rasa cemas”. Eee....eee tadi kerumah teman kerja tugas soalnya banyak sekali tugas dari kampus yang harus dikumpul besok pagi. “ jawab fina dengan sedikit terbata”. Setelah fani mengetahui keadaan adiknya yang baik-baik saja, fani pun meminta kunci mobil yang sedang dipegang oleh fina. Fani yang saat itu sedang memperhatikan jam tangan yang dipakainya, dengan tergesa-gesa menuju mobil yang diparkir depan rumah. Fani khawatir karena dia takut terlambat ketemu dengan dosen pembimbingnya di kampus. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, tak peduli jalanan itu berlubang atau tidak yang penting fani tidak terlambat sampai di kampus.
*********
Fina akhir-akhir ini banyak berubah, dia sering pergi entah kemana. Fani sebagai kakaknya juga heran dengan sikap adiknya yang sekarang berubah drastis. Kesibukan fani di kampus membuatnya jarang berkumpul dengan keluarganya bahkan hanya satu kali seminggu dia bisa bertemu dengan kekasih hatinya yaitu radit. Fani yang terlalu sibuk dengan skripsi yang sedang disusunnya membuat perhatiannya berkurang kepada adiknya. Sering kali fani mendapati adiknya sedang menelpon dengan seseorang, entah siapa orang itu yang jelas ketika fina melihat kakaknya tiba-tiba telponnya itu langsung dimatikan.
Sore itu radit dan fina ketemuan di cafe dolfhyn, tempat yang biasa radit kunjungi bersama Fani. Radit waktu itu terlihat gugup di depan fina, dia tidak tahu harus memulai pembicaraannya dari mana. Capuccino yang dipesan radit secara berulang-ulang hingga ia menghabiskan 5 gelas tak merubah bibir radit yang masih kaku untuk memulai pembicaraannya dengan fina. Perlahan demi perlahan akhirnya radit bisa menyampaikan niatnya itu pada fina yang disangkanya itu adalah Fani kekasihnya. Niat radit yang ingin datang kerumah fina untuk melamarnya, membuat fina makin bersalah pada kakaknya. Fina yang saat itu bingung harus menjawab apa, tiba-tiba ia mengiyakan niat baik radit padanya. Ia tidak tega menyakiti hati kakaknya tapi dia juga tidak mau kehilangan laki-laki yang ia cintai.
Setelah perbincangan antara fina dan radit, sejak itulah fina menjaga jarak dengan saudara kembarnya. Dia merasa bersalah tapi dia juga tidak ingin memberitahu kebenaran ini. Fani yang saat itu sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian tidak begitu peduli dengan perubahan sikap adiknya. Dia hanya fokus dengan persiapannya untuk ujian yang sebentar lagi ia hadapi. Sedangkan radit yang masih tidak tahu apa-apa, sekarang sibuk mengurus persiapannya untuk acara lamarannya yang tinggal menghitung jari. Malam hari sebelum fina datang dilamar oleh radit, sedikit pun ia tidak memberitahukan siapapun. Ia tidak mau berita itu diketahui oleh kakaknya sendiri. Ia takut akan kehilangan orang yang dicintainya yaitu radit.
Hari ini fani terlihat buru-buru menuju kampus, sampai-sampai tidak sempat sarapan. Hari dimana radit ingin datang kerumah fina untuk melamarnya bertepatan dengan pembagian dosen penguji buat ujian fani besok. Fina yang sempat khawatir dengan acara lamaran hari itu merasa lega setelah mengetahui kalau ternyata fani harus sibuk seharian di kampus. Fani yang saat itu sedang sibuk di kampus mengurus persiapannya untuk ujian besok tiba-tiba punya firasat buruk yang akan terjadi. Untungnya Rama sahabatnya itu selalu menyemangati fani setiap saat, sehingga pikirannya yang negatif itu ia hilangkan dari kepalanya. Ujian yang harus ia hadapi besok saja membuatnya stress, apalagi di tambah firasat buruk yang tiba-tiba merasuk di hatinya. Fani merupakan gadis yang ramah dan bergaul dengan siapa saja membuat teman-temannya itu perhatian padanya, bahkan rama yang merupakan sahabatnya itu rela diputuskan oleh pacarnya demi membela Fani sahabatnya dari kecil.
Senja telah menyapa, daun-daun kering berjatuhan ditiup oleh angin, debu beterbangan mengikuti laju mobilku yang kukendalikan dengan kecepatan tinggi. Badanku yang terasa letih membuat laju mobilku sekencang angin tornado. Aku ingin segera sampai di rumah dan merebahkan tubuhku di tempat tidur yang dari tadi rasanya badan ini mau remuk. Suasana rumah yang sedikit berantakan setelah acara lamaran tadi tidak kuhiraukan, kaki ini tetap saja berjalan menuju kamar yang dari tadi tidak hilang dari pikiranku rasanya ingin cepat masuk kamar dan membaringkan tubuh ini. Dari balik pintu terdengar suara ketukan berulang kali, ternyata mbok darmi yang sengaja datang ke kamarku atas perintah ibu.
Semua keluarga sudah berkumpul, aku sebagai anggota keluarga juga harus ikut berkumpul bersama. Panjang lebar perbincangan antara mereka semua, aku hanya sebagai pendengar. Semua sudah jelas dan aku mengerti sekarang ternyata selama aku di kampus tadi di rumah ada acara lamaran buat adik kembarku. Aku senang mendengar kabar tersebut, meski sedikit risih karena sebentar lagi adik kesayanganku akan pergi meninggalkanku dan ikut bersama suaminya kelak. Terbesit rasa kangen pada radit kekasihku, setelah ibu menyebut namanya. Aku spontan kaget karena nama kekasihku sama dengan nama orang yang datang melamar adik kembarku. Saking kagetnya aku langsung tertawa terbahak-bahak melihat kehidupanku yang hampir 100% sama dengan kembaranku sampai-sampai nama pacar juga sama. Semua mata tertuju padaku, mereka heran melihat tingkahku saat itu.
*********
Keringat bercucuran disertai pertanyaan yang bertubi-tubi menyerangku saat itu membuat empat tim penguji yang berada di depanku bagaikan para jaksa yang sedang menyidang aku. Kerja kerasku selama ini tidak sia-sia setelah empat jam berhadapan dengan pertanyaan demi pertanyaan, akhirnya usai sudah dengan hasil yang memuaskan bagiku. Dukungan serta partisipasi sahabat dan teman-temanku menjadi acuan hidupku. Hari itu tidak bisa aku lupakan, begitu berkesan dan penuh tantangan bagiku. Ingin rasanya cepat-cepat pulang dan menceritakan pada semua orang yang aku sayangi. Aku ingin melihat senyum mereka setelah mendengar kabar baik ini, karena senyuman dari mereka semua merupakan separuh hidupku.
Mungkin ngak yah itu mobil radit atau cuma mirip saja ? “tanyaku dengan rasa penasaran setelah melihat mobil yang mirip sekali dengan mobil radit kekasihku”. Kudekati mobil yang parkir tepat di depan rumah, kuperiksa plat mobilnya ternyata benar itu mobil radit. Aku senang karena radit datang kerumah tapi, aku juga heran kenapa dia bisa tahu alamat saya padahal aku tidak pernah cerita tentang rumah dan keluargaku. Dari jauh kulihat pintu rumah yang terbuka lebar, tak kuhiraukan dan berlari masuk tanpa mengucapkan salam. Astagfirullah......badan yang sudah separuh masuk kedalam rumah terpaksa melangkah mundur sambil mengucapkan salam “Assalamualaikum.....”. Waalaikum salam “jawab seseorang yang berada di ruang tamu”. Fin......kakak sukses melewati hari ini “ucap fani sambil memeluk kembarannya”. Tiba-tiba fani yang kaget melihat radit yang sekarang ada dihadapannya, langsung melepas tangannya yang saat itu begitu erat memeluk kembarannya.
Radit melotot tak berkedip melihat dua wanita kembar yang ada di hadapannya sekarang. Fani yang tidak tahu apa-apa langsung menarik radit dan membawanya ke serambi samping rumah. “ dit....aku kangen banget sama kamu” ucap fani sambil tersenyum pada radit. Radit yang saat itu masih bingung dengan apa yang dilihatnya langsung bertanya kembali pada fani. “kalian kembar yah ?”. Fani merasa bersalah pada radit karena tidak memberitahukan hal ini padanya padahal mereka sudah pacaran 3 tahun lebih. Belum sempat pertanyaan itu fani jawab, tiba-tiba fina kembarannya datang. “kak.....maafin fina” sambil memeluk kakaknya dengan linangan air mata. Fina menjelaskan semua kebohongan yang ia perbuat tanpa sepengetahuan saudara kembarnya. Hampir satu jam mereka berbincang-bincang di serambi samping rumah. Fani yang saat itu begitu kecewa dengan berat hati memberikan keputusan yang terbaik untuk mereka semua. Keluasan hati fani merelakan kekasihnya menikah dengan kembarannya itu malah menjadi boomerang baginya.
Hari dimana merupakan hari kebahagiaan antara radit dan fina, malah menjadi hari terburuk buat fani. Hatinya hancur berkeping-keping, ia membohongi hatinya dengan merelakan orang yang ia sayangi pada kembarannya. Hari-hari fani tak berwarna lagi, kelam dan tersiksa batin melihat kebahagiaan adiknya diatas penderitaannya. Rama sahabatnya dari kecil setiap hari datang menjenguk keadaan fani dan menghiburnya. Banyak cara yang dilakukan rama untuk membujuk fani agar bisa bangkit lagi seperti dulu tapi itu semua cuma sia-sia. Tak kunjung lelah rama terus berusaha untuk mengembalikan keceriaan sahabatnya. Sampai suatu hari rama mendapat ide, ia menculik fani dan membawanya kesuatu tempat. Mata fani yang sengaja ditutup kain, perlahan rama membukanya setelah ia berada di tempat itu bersama fani. “Tempat ini begitu indah, baru pertama kali aku melihat ketakjuban alam yang diciptakan Allah yang tidak semua orang bisa menikmati keindahan tempat ini”. Ucap fani yang saat itu begitu takjub dengan ciptaan Allah yang begitu indah.
Sekarang aku tahu maksud rama membawaku ketempat ini. Aku sadar di dunia ini tidak ada yang sempurna, bahkan tempat yang indah sekalipun pasti ada kekurangannya. Begitu juga dengan kehidupan tidak ada yang abadi, ada saatnya kita bersama orang yang kita sayangi dan pasti akan tiba saatnya kita harus berpisah dengannya. Fan...ini adalah takdir buatmu, dan tak bisa ditawar. “ucap rama dengan bijak”. Saat ini hanya satu permintaanku sebagai sahabat terbaikmu, izinkan aku membantumu untuk merajut kepingan hatimu yang hancur. Aku ingin melihat senyum ceria di bibir sahabatku yang selama ini aku rindukan. “ ucap rama sambil memeluk sahabat yang ia sayangi”.

Damayanti Childiesh
27 ~ Mei ~ 2012
Comments
0 Comments
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar :